udul Buku : Islam Doktrin dan Peradaban
Tebal Buku : Bab I (199 halaman)
Pengarang : Nurcholis Majid
IMAN DAN TATA NILAI RABBANIYYAH
Iman itu melahirkan tata nilai nberdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (rabbaniyah / semangat Ketuhanan), yaitu tata nilai yang dijiwai oleh kesadaran bahwa hidup ini berasal dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan (Innalillahi wainna ilaihi raji’un. “Sesungguhnya kita berasal dari Tuhan dan kita akan kembali kepadaNya”); maka Tuhan adalah “sangkan paran” (asal dan tujuan) hidup (hurip), bahkan seluruh makhluk (dumadi). Selain itu, Tuhan adalah pencipta wujud yang lahir dan bathin, dan dia telah menciptakan manusia sebagai puncak ciptaan untuk diangkat menjadi khalifah di bumi.
Semua Agama yang dibawa oleh para Nabi itu benar, khususnya yang dibawa oleh Nabi Ibrahim a.s yang mengajar manusia untuk berserah diri dengan tulus, sepenuh hati dan damai layaknya islam kepada Allah SWT, sehingga berserah diri sepenuhnyan menjadi inti dan hakikat agama dan keagamaan yang benar. Ada konsep Ketuhanan yaitu bahwa Tuhan adalah wujud mutlak , yang menjadi sumber semua wujud yang lain. Karena itu mengetahui Tuhan adalah mustahil, karena terdapat kontradiksi in terminus, yaitu kontradiksi antara mengetahui yang mengisyaratkan penguasaan dan pembatasan , dan Tuhan yang mengisyaratkan kemutlakan, keadaan tak terbatas dan tak terhingga. Sehingga yang harus dilakukan manusia adalah usaha terus menerus dan penuh kesungguhan (mujahadah, ijtihad) untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepadaNya. Berserah diri merupakan jalan lurus menuju kepadaNya, sehingga manusia menjadi paling fitri, alami dan wajar.
Wujud Tuhan adalah wujud kepastian karena KeMahaEsaanNya dan KemutlakanNya. Sehingga semua selain Tuhan adalah wujud tak pasti dan Nisbi belaka. Maka setiap bentuk pengaturan hidup social manusia yang melahirkan kekuasaan mutlak adalah bertentangan denagan jiwa tauhid. Salah satu kelanjutan prinsip Ketuhanan adalah Paham Kemanusiaan, yaitu seluruh umat manusia dari segi harakat dan martabat asasinya adalah sama. Sehingga manusia menjadi makhluk moral, yaitu bertanggung jawan sepenuhnya atas segala perbuatannya. Pengetahauan manusia itu terbatas, karena itu semua orang dituntut untuk bersikap rendah hati untuk mengakui adanya kemungkinan orang lain yang mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi.
Manusi hidup berdemokrasi, kekuatannya diperoleh karena hakikat kesucian asalnya berada dalam fitrah yang membuatnya senantiasa berpotensi untuk benar dan baik, dan kelemahannya diakibatkan oleh kenyataan bahwa ia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang lemah, tak tahan menderita, pikiran sempit serta gampang mengeluh. Gotong royong sesama manusia berakar dalam sikap saling menghormati dan memuliakan. Setelah itu berorganisasi, wujud itu ada sejak dari yang paling sederhana, seperti adanya imam dan ma’mum antara dua orang dalam shalat sampai kepada susunan yang kompleks. Manusi harus berbuat fitri dan adil. Rasa keadilan adalah sikap jiwa yang paling diridhai Tuhan, karena rasa tersebut paling mendekati realisasi pandangan hidup yang bertaqwa kepadaNya.
IMAN DAN PERSOALAN MAKNA
SERTA TUJUAN HIDUP MANUSIA
Filed under: METODOLOGI STUDI ISLAM | Tagged: Islam Doktrin dan Peradaban | Leave a comment »